Ringkasan dan Analisis Puisi Herman Karya Sutardji Calzoum Bachri: 2022

Tentang Puisi dan Penulis: Sutardji Calzoum Bachri lahir di Rengat, Riau, pada 24 Juni 1941 sebagai anak dari pasangan Mohammad Bachri dan May Calzoum. Selepas SMA, Sutardji melanjutkan studinya sampai tingkat doktoral di Jurusan Administrasi Negara, Fakultas Sosial Universitas Padjajaran, Bandung. Selama beliau menjadi mahasiswa itulah dia merintis karirnya di dunia sastra yang diawalinya dengan menulis di berbagai media massa seperti Sinar Harapan, Kompas, Berita Buana, majalah Horison, dan Budaya Jaya yang semuanya berada di Jakarta. Beliau juga mengirimkan karya-karya sastranya ke surat kabar lokal seperti Pikiran Rakyat di Bandung dan Haluan di Padang. Sejak itulahm nama Sutardji Calzoum Bachri mulai dipertimbangkan sebagai seorang penyair yang berbakat.

Puisinya yang berjudul Herman merupakan salah satu dari sekian banyak karyanya yang termasuk di dalam antologi puisinya yang berjudul O Amuk Kapak, yang juga merupakan nama salah satu puisi dari terkenalnya, yang diterbikan pada tahun 1981 oleh Penerbit Sinar Harapan di Jakarta.

Ringkasan Puisi Herman Karya Sutardji Calzoum Bachri

Puisi ini tidak memiliki latar belakang yang jelas, karena puisi ini berisi tentang ungkapan seseorang yang tidak dapat ditemukan juga siapakah orang tersebut mencari seseorang yang bernama Herman, yang mungkin merupakan orang yang dikenalnya dan sangat dia butuhkan pada saat itu.

Pada awalnya, dia mencari Herman di bumi, di sekelilingnya di tempat dimana Herman dapat berpijak, tetapi dia tidak dapat menemukan Herman di bumi, yang merupakan tempat yang paling memungkinkan bagi Herman untuk berpijak, tetapi dia tidak bisa menemukan Herman yang ternyata tidak berpijak di bumi. Kemudian dia mencari Herman ke bulan, yang ternyata dia tidak bisa menemukan Herman karena ternyata Herman hanya muncul atau ada di malam hari, sedangkan di bulan tidak pernah terjadi malam.

Kemudian dia pergi mencari  Herman di matahari, tetapi dia tidak bisa menemukan Herman di matahari karena matahari terlalu panas, sedangkan Herman ternyata menyukai kehangatan. Kemudian dia mencari Herman ditubuhnya, tetapi ternyata dia tidak bisa menemukan Herman ditubuhnya karena ternyata Herman tidak bisa berteduh di tubuhnya.

Dia melanjutkan mencari Herman di lazuardi, tetapi dia tetap tidak bisa menemukan Herman disana karena Herman menyukai sesuatu yang biru, sedangkan lazuardi tidak bisa biru. Dia mencari herman di tanah, tetapi tetap saja, dia tidak bisa menemukan Herman karena ternyata Herman tidak bisa menunggu di tanah.

Dia melanjutkan pencariannya dengan melihat Herman di angin, tetapi ternyata Herman tidak bisa terbang di angin. Kemudian dia lanjutkan pencariannya di langit dengan mencarinya di awan, tetapi tetap saja dia tidak bisa menemukan Herman karena Herman ternyata tidak akan bisa diam di awan.

Lalu akhirnya dia akhirnya mencoba memanggil Herman tapi tetap saja kata-kata panggilan yang dia ucapkan tidak terdengar oleh Herman. Kemudian dia mencoba diam menunggu siapa tahu Herman akan muncul jika dia diam saja, tetapi tetap saja tidak tanda-tanda akan munculnya Herman. Kemudian mencoba untuk membuka mulutnya siapa tahu dia menemukan Herman tersangkut disana, tapi tetap saja dia tidak menemukan Herman disana.

Kemudian dia memeriksa tangannya siapa tahu Herman selama ini memegang tangannya, tetapi, ternyata Herman tidak ada disana. Dia sudah sangat bingung dan putus asa sekali sambil menyebutkan dia tidak bisa menemukan di tempat manapun yang mungkin Herman berada disana, tetapi dia tidak berhasil menemukannya.

Saking putus asanya, dia bertanya kepada orang-orang yang berada disekitarnya tapi ternyata tidak ada yang mengetahui dimana Herman. Akhirnya karena dia sudah putus ada dan tidak tahu mau mencari Herman dimana lagi, dia hanya berkata “Tolong Herman, Tolong” yang diakhiri dengan teriakan panjangnya saking putus asanya dia tidak bisa menemukan Herman.

Analisis Singkat Puisi Herman Karya Sutardji Calzoum Bachri

Puisi ini tidak memiliki arti yang jelas mengenai siapakah Herman tersebut dan mengapa orang yang di dalam puisi diceritakan mencari-cari Herman sangat memerlukan atau ingin menolong Herman, dan dia mencari Herman dimanapun yang memiliki kemungkinan sebagai tempat dimana Herman berada, walaupun itu adalah tempat yang tidak masuk akal seperti di bulan, awan, tubuh, mulut, sampai ke matahari dan awan. Saking abstraknya puisi ini, mungkin hanya Sutardji sendiri yang mengetahui apa maksud sebenarnya dari puisi ini.

Walau begitu, puisi ini menarik untuk dibaca dan dihayati, karena puisi ini dapat menunjukkan suasana kebigungan yang sangat-sangat jelas, yang terlihat di setiap barisnya bagaimana orang yang mencarinya saking bingungnya mencarinya di tempat yang tidak mungkin ada jika Herman adalah seorang manusia, dan bagaimana puisi ini diakhiri dengan kata tolong yang berulang-ulang dengan penekanan berulang-ulang di huruf n dan g yang menunjukkan bagaimana putus asanya orang tersebut.

Sutardji mampu menunjukkan perasaan putus asa tetapi dengan cara yang berbeda dengan penyair lain, yaitu dengan menggunakan sesuatu yang abstrak, yang mungkin diibaratkan dengan Herman di dalam puisi ini, yang membuat orang yang mencarinya gelisah, bingung, putus asa, dan tidak tahu dimana dia bisa menemukan Herman.

Gaya Bahasa Puisi Herman Karya Sutardji Calzoum Bachri

  • Sudut Pandang

Sudut pandang yang digunakan di dalam puisi ini adalah sudut pandang dari orang ketiga, yang ditunjukkan bagaimana orang di dalam puisi ini hanya menyebutkan Herman, yang merupakan salah satunya subjek yang terdapat di dalam puisi ini, yang setara penggunaannya dengan kata “dia” yang menunjukkan penggunaan sudut pandang dari orang ketiga.

  • Rima

Puisi ini tidak menunjukkan rima yang teratur, tetapi dimulai dari baris kedua sampai kelima, terdapat pengulangan kata tak bisa berkali-kali, yang awalnya terlihat teratur di baris kedua sampai keempat, tapi di baris kelima, penggunannya menjadi tiak teratur karena setengah dari baris tersebut diisi dengan kata tak bisa tanpa spasi di tengahnya dan disebutkan berkali-kali.

Di paragraf terakhir juga terdapat penyebutan berkali-kali kata tolong, dengan kata tolong terakhir diperbanyak penggunaan huruf ng menjadi ngngngngngngng.

  • Simbolisme

Kata Herman di dalam puisi ini pasti merupakan simbol dari suatu hal, tetapi karena tidak ada petunjuk sedikitpun mengenai apa merupakan makna dari Herman ini karena kata-kata yang ada di dalam puisi ini pun juga susah untuk dijelaskan mengenai apa makna yang terkandung didalam puisi ini, selain hanya analisis secara harfiah mengenai apa maksud dari baris-baris puisi ini, yang itu pun masih memiliki kemungkinan untuk salah.

Whether you’re aiming to learn some new marketable skills or just want to explore a topic, online learning platforms are a great solution for learning on your own schedule. You can also complete courses quickly and save money choosing virtual classes over in-person ones. In fact, individuals learn 40% faster on digital platforms compared to in-person learning.

Some online learning platforms provide certifications, while others are designed to simply grow your skills in your personal and professional life. Including Masterclass and Coursera, here are our recommendations for the best online learning platforms you can sign up for today.

The 7 Best Online Learning Platforms of 2022

About the author

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat.

Other related Posts