Ringkasan dan Analisis Puisi Gadis Peminta-minta Karya Toto Sudarto Bachtiar: 2022

Tentang Puisi dan Penulis: Toto Sudarto Bachtiar adalah seorang penyair terkemukan Indonesia yang dilahirkan di Cirebon, Jawa Barat pada tanggal 12 Oktober 1929. Penyair ini dikenal oleh masyarakat dengan dua kumpulan puisinya, yaitu Suara yang terbit pada tahun 1956 dan juga Etsa yang terbit pada tahun 1958. Beliau juga dikenal sebagai penerjemah yang produktif dan sudah menghasilkan beberapa karya sastra terjemahan, yang antara lain: Pelacur (1954; Jean Paul Sartre), Sulaiman yang Agung (1958; Harold Lamb), Bunglon (1965; Anton Chekov, et.al.), Bayangan Memudar (1975; Breton de Nijs, diterjemahkan bersama Sugiarta Sriwibawa), Pertempuran Penghabisan (1976; Ernest Hemingway), Sanyasi (1979; Rabindranath Tagore).

Puisi Gadis Peminta-minta ini ditulis Toto pada tahun 1956, yang berisi mengenai nasib dari para pengemis di Indonesia khususnya di Jakarta yang sedang tidak stabil perekonomiannya setelah Indonesia bebas dari penjajahan dan sedang dalam tahap membangun negara yang stabil.

Ringkasan Puisi Gadis Peminta-minta Karya Toto Sudarto Bachtiar

Puisi ini berlatar belakang di sebuah perkotaan yang dimana terdapat jembatan dan juga adanya air kotor yang menandakan bahwa puisi ini berlatar belakang di bagian kota pinggiran yang dimana seorang gadis kecil yang membawa kaleng kecil hidup.

Seseorang yang tinggal di kota tersebut, ketika dia berjalan di kota untuk menuju tempat kerja atau tempat manapun yang ingin dia tuju, seringkali dia bertemu dengan gadis tersebut yang selalu membawa kaleng kecil kemanapun dia pergi, dan orang tersebut dapat mengingat gadis itu karena kaleng kecil yang selalu dibawanya.

Suatu hari, ketika orang tersebut bertemu dengan gadis kecil ini, orang tersebut berpikir betapa polos dan mudanya gadis ini, yang selalu tersenyum sambil berjalan-jalan dengan membawa kalengnya untuk merasakan betapa kerasnya hidupnya, betapa sedihnya kondisi yang dia alami, yang mengharuskannya untuk membawa kaleng kecil kemanapun dia pergi untuk meminta uang dari orang yang lewat atau yang dia temui.

Dia berkata di dalam hati bagaimana dia meminta gadis itu untuk melihatnya, agar gadis tersebut dapat melihat bagaimana orang tersebut merasa kasihan kepadanya dan agar dia bisa memberikan gadis tersebut uang yang dapat membantunya untuk menjalani kehidupan ini dengan sedikit lebih baik dan juga untuk mengurangi beban yang gadis itu rasakan.

Tetapi orang tersebut merasa bahwa orang-orang yang tinggal di kota yang juga merupakan tempat tinggal baginya dan gadis tersebut telah kehilangan rasa kemanusiaannya. Dia merenungkan bagaimana mereka yang tinggal di kota, yang kehidupannya lebih baik daripada gadis ini, tega membiarkan gadis ini dengan kondisi yang begitu menyedihkan dan tidak peduli dengan keadaannya yang menuntutnya untuk hidup dengan membawa kaleng kecil kemanapun gadis itu pergi untuk mendapatkan uang.

Orang itu melanjutkan renungannya, bagaimana dia ingin merasakan hidup yang yang dijalani oleh gadis kecil tersebut. Hidup dipinggiran kota, dan menjalani hidup dengan belas kasihan yang diberikan oleh orang lain. Dia ingin memahami lebih dalam bagaimana rasanya menjadi gadis itu, yang setiap petang pulang kerumahnya, yang berada di bawah jembatan untuk beristirahat di tempat tidur yang pengap dan hanya cukup untuk dirinya sendiri dan sangatlah tidak layak dijadikan tempat tinggal bagi siapapun, apalagi untuk seorang gadis kecil.

Orang tersebut ingin merasakan bagaimana rasanya hidup dengan mengimpikan kehidupan yang gemerlap, penuh dengan kebahagiaan, cahaya-cahaya yang memberikan kesenangan tetapi kenyataannya dia tidak akan bisa menggapainya, karena pendapatan yang didapatkan oleh gadis tersebut setiap harinya hanya cukup untuk membelikannya makanan saja.

Dia ingin merasakan kegembiraan dari sesuatu yang tidak nyata, yang hanya sebentar, kebahagiaan-kebahagiaan yang hanya bisa dirasakan oleh gadis kecil yang selalu membawa kaleng kecil itu, yang selalu mencari kebahagiaan kecil di hidupnya yang menyedihkan dan merana tersebut, setidaknya untuk mewarnai hari-hari masa kecilnya.

Orang tersebut berpikir padahal gadis tersebut memiliki martabat yang tidak jauh berbeda dengannya, atau dengan orang lain yang berada di kota ini, tetapi mengapa dia dipandang sebagai orang yang lebih rendah martabatnya? Apakah karena dia sehari-hari hanya membawa kaleng tersebut, dan meminta orang agar berbelas kasihan memberinya uang?

Dia ingin merasakan bagaimana rasanya berbahagia hanya dengan berlari-larian di kubangan air kotor di jalanan, menghafal di jalan mana saja yang terdapat kubangan air kotor dan memastikan bahwa dirinya untuk melewati kubangan tersebut dengan berlari, mengotori kakinya dan melihat cipratan air yang melayang karena hentakan kakinya di kubangan air tersebut yang cukup membahagiakan bagi gadis tersebut.

Orang tersebut merenungkan bagaimana murni dan bersihnya gadis tersebut, yang saking murninya masih bisa tersenyum di kehidupannya yang merana dan menyedihkan, masih bisa berbahagia hanya dengan hidup dibawah jembatan dengan keadaan yang penuh kekurangan, dan masih bisa menemukan kebahagiaan-kebahagiaan kecil di dalam hidupnya.

Dia merasa dia tidak akan tega untuk membagi kesedihannya akan hidup yang dijalani oleh gadis itu karena dia tidak mau dia merusak kebahagiaan gadis itu yang selalu tersenyum, dan menjalani hidupnya dengan berbahagia, tanpa pernah berpikir betapa menyedihkan dan merana hidupnya yang hanya bergantung kepada uang yang berada di dalam kaleng itu ketika hari sudah mulai gelap.

Dan jika pada suatu saat gadis tersebut meninggalkan dunia ini, karena kehidupannya memaksanya dan membuatnya seperti itu, dia tidak perlu khawatir karena bulan yang menyinari malam tersebut tidak ada yang punya, tetapi dia tetap menyinari malam dengan cahayanya, sama seperti gadis dengan kaleng kecil tersebut yang hidup sendirian tetapi tetap dapat memancarkan sinar kebahagiaan.

Dan dia merenungkan kembali betapa lesu dan sepi kotanya, yang tidak memiliki rasa kemanusiaan dan tidak menunjukkan suasana yang membahagiakan, dan juga orang-orangnya yang tidak kalah lesu dan tidak bahagianya jika dibandingkan dengan gadis tersebut, yang tidak menyadari betapa menyedihkan kota yang menjadi tempatnya tinggal, dan betapa menyedihkan hidup yang dia jalani.

  • Analisis Singkat Puisi Gadis Peminta-minta Karya Toto Sudarto Bachtiar

Toto menulis puisi untuk menunjukkan bagaimana kehidupan seorang gadis pengemis yang tinggal di pinggiran kota Jakarta. Dia ingin menunjukkan bahwa kehidupan pengemis pada saat puisi ini ditulis, yaitu pada tahun 1956, di saat Indonesia sedang mengalami ketidakstabilan ekonomi yang disebabkan oleh penjajahan dan juga peperangan.

Toto ingin memberitahu mereka yang mampu bahwa hidup mereka yang sedang terkena dampak dari ketidakstabilan ekonomi, tidaklah lebih menyedihkan dari pada hidup yang dijalani gadis kecil berkaleng ini. Dan lebih lagi, gadis ini dapat menjalani hari-harinya dengan senyuman, seakan-akan tidak terjadi apa-apa di hidupnya.

Toto ingin menunjukkan bagaimana kehidupan para pengemis di Jakarta pada saat itu, dan meminta mereka yang mampu untuk membantu para pengemis untuk menjalani hidup mereka, walaupun orang-orang mampu yang tinggal di Jakarta juga terkena dampak dari ketidakstabilan ekonomi, tetapi dampak yang mereka rasakan tidak separah dengan apa yang dirasakan oleh para pengemis. Itulah yang ingin Toto sampaikan kepada orang-orang dan juga pemerintah kota Jakarta.

Gaya Bahasa Puisi Gadis Peminta-minta Karya Toto Sudarto Bachtiar

  • Majas Metafora

Metafora di dalam puisi ini ditunjukkan di baris terakhir dari bait pertama yang berbunyi “Tengadah padaku, pada bulan merah jambu” yang dimana harusnya bulan berwarna putih tetapi di dalam puisi ini dijadikan warna merah jambu untuk menunjukkan bagaimana tidak adanya harapan untuk gadis kecil tersebut di kehidupan ini.

  • Majas Personifikasi

Personifikasi di puisi ini terdapat di dalam baris pertama bait kedua yang menyebutkan bagaimana kota tempat orang tersebut tinggal telah kehilangan jiwa, yang tidak akan dapat terjadi di dunia nyata. Maksud dari baris ini adalah bagaimana orang-orang yang tinggal di kota tersebut telah kehilangan rasa kemanusiaan yang sangat diperlukan oleh gadis ini.

Whether you’re aiming to learn some new marketable skills or just want to explore a topic, online learning platforms are a great solution for learning on your own schedule. You can also complete courses quickly and save money choosing virtual classes over in-person ones. In fact, individuals learn 40% faster on digital platforms compared to in-person learning.

Some online learning platforms provide certifications, while others are designed to simply grow your skills in your personal and professional life. Including Masterclass and Coursera, here are our recommendations for the best online learning platforms you can sign up for today.

The 7 Best Online Learning Platforms of 2022

About the author

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat.

Other related Posts