Tentang Puisi dan Penulis: W.S. Rendra adalah seorang penyair terkenal Indonesia yang dilahirkan dengan nama lengkap Willibrordus Surendra Broto Renda di Solo, Jawa Tengah, pada tanggal 7 November 1935. Beliau wafat di Jakarta, pada tanggal 6 Agustus 2009 pada umur 73 tahun, meninggalkan 11 anak dari 3 istri yang berbeda.
Semasa hidupnya, beliau telah menghasilkan banyak karya-karya yang diantaranya adalah berupa drama: Orang-orang di Tikungan Jalan; SEKDA dan Mastodon dan Burung Kondor; Oedipus Rex; Kasidah Barzanjil; Perang Troya tidak Akan Meletus; dan juga banyak puisi yang di antaranya adalah: Jangan Takut Ibu; Balada Orang; Orang Tercinta (Kumpulan sajak); Empat Kumpulan Sajak; Rick dari Corona; Potret Pembangunan Dalam Puisi; Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta; Pesan Pencopet kepada Pacarnya; Rendra: Ballads and Blues Poem (terjemahan); Perjuangan Suku Naga; Blues untuk Bonnie; Pamphleten van een Dichter; State of Emergency; Sajak Seorang Tua tentang Bandung Lautan Api; Mencari Bapak; Rumpun Alang-alang; Surat Cinta.
Beliau juga mendapatkan bebera penghargaa seperti: Hadiah Puisi dari Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional (1957); Anugerah Seni dari Departemen P & K (1969); Hadiah Seni dari Akademi Jakarta (1975).
Ringkasan Puisi Mencari Bapak Karya W.S. Rendra
Puisi ini tidak memiliki latar belakang yang jelas mengenai keterangan tempat dan waktu puisi ini, tetapi puisi ini memiliki tokoh yang jelas disebutkan namanya di dalam puisi ini yang bernama Suto, dan puisi ini berisi cerita jalan hidupnya sejak kecil sampai menjadi dewasa, dan khususnya puisi ini menceritakan pengalamannya dengan Bapaknya.
Puisi ini diawali dengan Suto menceritakan kelahirannya, yang keadaannya hujan sedang turun lebat dan cara kelahirannya yang tidak normal yang mengakibatkan Ibunya wafat karena melahirkannya. Ayah Suto, yang adalah seorang Tuan Besar hanya bisa menangis dan kemudian kemudian berkata kepada salah seorang pelayannya tolong bawa Suto ke gedung samping karena tangisannya terlalu kencang dan dia meminta pelayan tersebut untuk merawatnya.
Kemudian , Suto yang di rawat oleh perawat tersebut tumbuh makin besar, dia menceritakan bagaimana dia di umur 10 bulan sudah bisa berjalan, di umur 1 tahun dapat berbicara dan bagaimana dia meminum susu dari payudara pelayannya, dan bagaimana dia dapat menggambar dan menyanyi ketika umurnya dua tahun.
Kemudian pada suatu hari, Ayahnya datang dan memberikan hadiah kepada Suto berupa pensil dan kertas gambar agar dia tidak menggambar di tembok dan lantai lagi. Suto pun menolaknya karena terlalu kecil, dia lebih senang menggambari di tembok dan lantai yang lebih besar dan lebih luas.
Ayahnya yang mendengar jawaban Suto, merasa kesal dan dia berkata bahwa Suto adalah anak yang bengal dan dia juga tidak suka Suto ketika dia menyanyi terlalu keras. Kemudian, pada ulang tahunnya yang kelima, Suto merebut suling dari seorang pegawai tua ayahnya dengan memukul kepala pegawai tersebut sampai pingsan. Suto memainkan suling tersebut dan dia teringat cerita orang-orang tentang Ibunya yang membuatnya makin hanyut dalam permainan sulingnya.
Suto kemudian dibawa ke rumah besar dan diletakkan di lantai pendopo di depan ayahnya yang langsung memarahinya dan ayahnya berkata bahwa dia tidak suka pada Suto. Suto membalas ucapan ayahnya dengan meniup sulingnya sambil memandang ayahnya dan sambil memikirkan Ibunya. Ayahnya murka melihat kelakukan Suto dan dia menampar Suto sampai suling dan dirinya terpelanting, dan darah keluar dari mulutnya, yang dia usap dengan tangan dan dia menatap ayahnya.
Ayahnya kemudian memerintahkan pengawalnya untuk mengusir Suto. Suto pun pergi dari rumahnya dan sampai di pasar dan ke tempat-tempat lain.Ketika dia berumur sepuluh tahun, dia mengumpulkan para pengemis kecil dan mengajari mereka bernyanyi dan bermain alat musik kemudian mereka berjalan dari kota ke kota dan desa ke desa. Ketika dia berumur dua belas tahun, terjadilah perang dan tentara asing datang ke negaranya dan dia serta teman-temannya berlari ke dalam hutan.
Di hari ketujuh dia menggambar jalan dan tembok kota agar ayahnya mengetahui bahwa dia mencarinya. Suto lalu mengumpulkan teman-temannya dan mengajak mereka untuk menyanyi dan mengemis lagi karena dia ingin bertemu dengan ayahnya. Kemudian, mereka mengembara selama tujuh tahun keluar masuk kota dan desa, dan setiap kali selalu ada yang datang kepada mereka dan berkata bahwa mereka juga mencari bapak mereka, hingga akhirnya barisan mereka menjadi semakin besar dan semakin besar.
Kemudian Suto melanjutkan perjalanannya bersama teman-temannya dengan naik kereta. Kemudian suatu saat, kereta tersebut berhenti dan ada seseorang gendut yang mengacungkan tangannya dia berkata bahwa dia adalah bapak dari Suto dan anak buahnya adalah bapak dari teman-teman Suto. Tetapi, Suto membalasnya dengan berkata bahwa dia bukan bapaknya, dan dia mencaci maki orang tersebut dan juga anak buahnya. Suto membalasnya dengan menonjok ulu hati orang tersebut dengan tangan kiri kemudian dia menjitak kepalanya ketika dia membungkuk dan ketika dia terjatuh, Suto menginjak tangannya hingga patah.
Kemudian dia melanjutkan perjalanannya lagi dengan kereta dan bertemu dengan seseorang yang mengaku sebagai bapaknya dengan membawa banyak makanan. Dia juga menceritakan bagaimana dia mengusir Suto dari rumah. Tetapi Suto tetap tidak percaya dan dia mengencingi makanan yang disuguhkan kepadanya dan dia memotong telinga kiri orang tersebut.
Kemudian dia melanjutkan perjalanannya dengan kereta selama dua puluh tahun sampai akhrinya ada seorang wanita yang berdiri di tengah jalan menghalangi mereka. Masinis menanyakan kepadanya siapa namanya, tetapi dia tidak menjawab. Kemudian Suto turun berbicara kepada wanita itu yang adalah seorang pelacur dan dia ingin menaiki kereta bersama mereka. Suto pun membolehkannya.
Wanita itu kemudian berkata di dalam kereta bahwa dia ingin tidur dengan semua orang yang ada di dalam kereta satu persatu, dan Suto, yang sudah tergiur dengan wanita tersebut juga menginginkannya. Kemudian mereka melanjutkan perjalanan mereka dan suatu ketika, Mereka melihat diri mereka satu sama lain, dan mereka tersadar bahwa selama ini, orang yang berada di dalam kereta adalah bapak mereka masing-masing
Analisis Singkat Puisi Mencari Bapak Karya W.S. Rendra
Puisi ini ditulis oleh Rendra dengan gaya penulisan yang seakan-akan ini adalah sebuah cerita pendek yang ditulis dengan gaya seperti sebuah cerita pendek. Tidak diketahui maksud sebenarnya dari puisi ini karena sangat panjang dan berisi hal-hal yang walaupun dapat dipahami, tidak begitu jelas. Tetapi, tetap saja puisi ini adalah puisi terbaik milik Rendra karena keunikan dan gayanya yang berbeda dengan puisi-puisinya yang lain, ataupun dengan puisi-puisi dari penyair lain. Rendra sepertinya ingin menunjukkan bahwa puisi juga dapat digunakan untuk memberitahu sebuah cerita dengan cara deskriptif dan juga dengan cara yang lebih menarik dan seru.
Gaya Bahasa Puisi Mencari Bapak Karya W.S. Rendra
Sudut Pandang: Puisi ini menggunakan sudut pandang dari orang pertama, yang terlihat jelas bagaimana di bait pertama yang merupakan bait perkenalan mengenai tokoh utama di dalam puisi ini, yaitu Suto, yang selanjutnya tetap menggunakan sudut pandangnya untuk menceritakan perjuangannya mencari bapaknya.
Some online learning platforms provide certifications, while others are designed to simply grow your skills in your personal and professional life. Including Masterclass and Coursera, here are our recommendations for the best online learning platforms you can sign up for today.
The 7 Best Online Learning Platforms of 2022
- Best Overall: Coursera
- Best for Niche Topics: Udemy
- Best for Creative Fields: Skillshare
- Best for Celebrity Lessons: MasterClass
- Best for STEM: EdX
- Best for Career Building: Udacity
- Best for Data Learning: Pluralsight